Saturday 30 August 2008

Penjor

Pada zaman dahulu penjor dipasang kalau ada upacara keagamaan. Seperti yang sudah diketahui, ada bermacam-macam jenis penjor, antara lain penjor caru, penjor biukukung, penjor Galungan, dan sebagainya. Yang paling banyak digunakan karena mempunyai dekorasi yang indah dan beragam adalah penjor Galungan.

Akhir-akhir ini setiap upacara apa saja yang dibuat, mulai dari pembukaan penataran, penyambutan tamu, hari ulang tahun kemerdekaan, peresmian suatu kantor, dan sebagainya, tidak pernah ketinggalan memakai penjor sebagai hiasan.

Dalam lontar Jayakasunu disebutkan bahwa penjor itu melambangkan Gunung Agung. Di dalam lontar Basuki Stawa disebutkan bahwa gunung (giri) adalah naga raja, yang tidak lain adalah Naga Basuki. Dalam mitologi, dasar Gunung Agung dikenal sebagai linggih Sang Hyang Naga Basuki. Dari kata Basuki inilah timbul nama Besakih. Dikatakan bahwa ekor naga itu ada di puncaknya gunung dan kepalanya terletak di laut. Dari ekornya inilah Sang Hyang Naga Basuki memberikan penghidupan kepada manusia.

Sementara dalam lontar Samudra Stawa disebutkan bahwa lautan adalah naga raja. Demikian pula dalam Ananta Bhoga Stawa, dimana beliau dikatakan memikul alam kita ini. Sang Hyang Ananta Bhoga yang tidak lain adalah lapisan kulit bumi, merupakan tempat terdapatnya bhoga (sandang, pangan, papan) yang tidak habis-habisnya. Dalam mitologi yang ada di masyarakat, dikenal pula bahwa Bedawang Nala dililit oleh naga, dan apabila Bedawang Nala ini sampai bergerak dan naga yang melilitnya terlena, maka terjadilah gempa.

Dalam lontar Siwagama, Sang Hyang Trimurti, dalam usaha beliau membantu manusia, agar tanah, air, dan udara ini memberi kesejahteraan, maka Bhatara Brahma masuk ke bumi menjadi Ananta Bhoga, Bhatara Wisnu terjun ke air menjadi Naga Basuki, dan Bhatara Siwa terbang ke udara menjadi Naga Taksaka. Sebab itulah Naga Taksaka selalu dilukiskan memakai sayap. Naga Basuki, dalam Basuki Stawa dilukiskan bahwa ekornya berada di puncaak gunung dan kepalanya di laut, yang merupakan simbol bahwa gunung adalah waduk penyimpanan air yang kemudian menjadi sungai dan akhirnya bermuara di laut.

Itulah mitologi dari penjor Galungan yang dihias sedemikian rupa, merupakan simbol naga. Sanggah yang ditempatkan pada bambu penjor memakai pelepah kelapa adalah simbol leher dan kepala Naga Taksaka. Gembrong yang dibuat dari janur atau ambu menggambarkan rambut naga. Sampian penjor dengan porosannya, yang berbentuk melengkung, adalah ekor Naga Basuki (simbol gunung). Sementara hiasan penjor yang terdiri dari gantung-gantungan padi, ketela, jagung, kain, dan sebagainya, adalah simbol bulu Naga Ananta Bhoga sebagai tempat tumbuhnya sandang dan pangan.

Fungsi penjor ini adalah sebagai ucapan terima kasih ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah mengutus Sang Hyang Tri Murrti untuk menolong umat manusia dari kelaparan dan bencana. Penjor upacara dengan tanda-tanda lengkap seperti di atas tidak boleh digunakan kecuali untuk upacara. Sedangkan pepenjoran (penjor hiasan) hendaknya jangan memakai gantung-gantungan hasil bumi, sanggah, dan sampian penjor yang berisi porosan.

No comments: